Kali ini kita akan membahas bersama mengenai
kontroversi keberadaan sasaeng dalam budaya K-pop. Sampai sekarang, belum ada
referensi apapun untuk mendefenisikan sasaeng secara valid. Sebagian menyebut
mereka penggemar gila yang menghalalkan semua cara untuk dekat dengan idolanya.
Sebagian lain menyebut mereka anti fans yang berkedok fans. Satu yang pasti,
keberadaan sasaeng di Korea Selatan terbilang unik dan menjadi bagian tak
terpisahkan dari budaya K-pop.
Baru-baru ini, salah satu kelompok sasaeng secara
terang-terangan tampil disiaran 'Cultwo’s Veranda Show' Korea. Mereka
mengungkapkan bagaimana gaya hidup sasaeng dan alasan-alasan mereka memutuskan
bertahun-tahun menjadi sasaeng.
Dilansir dari Allkpop, Ahad (31/3), seorang mantan sasaeng
mengaku menjadi sasaeng selama lima tahun, yaitu dua tahun saat duduk di bangku
SMA dan tiga tahun pertama saat duduk di bangku perguruan tinggi.
"Dengan menjadi sasaeng, aku bisa bicara langsung dengan
idolaku. Jika aku sedang berada di asrama atau dimanapun mereka berada, aku
sengaja membiarkan mereka (sang idola) tahu keberadaanku. Itulah sebabnya aku
setiap hari pergi ke sana. Juga, setiap kali ada pemberitaan yang membahas
tentang kami (sasaeng), aku merasa puas," ujarnya.
Sasaeng lain yang menjalani perannya selama enam tahun
terakhir mengaku rela menunggu 30 jam demi melihat idolanya tiga detik saja.
"Kami biasanya menggunakan koran untuk alas tidur di depan asrama mereka.
Awalnya aku melakukannya karena mengikuti anggota (sasaeng) lain. Namun,
selanjutnya aku menjadi kecanduan," katanya.
Bagaimana jika sasaeng dibandingkan dengan stalker di
sebagian besar negara dunia, atau paparazzi di Hollywood?
Pertama, lazimnya di dunia Barat, keberadaan stalker atau
paparazzi biasanya tidak terorganisir. Sedangkan sasaeng, cenderung
terorganisir dan membentuk jaringan. Meski ada yang melakukan aksi gilanya
secara pribadi, namun sesungguhnya mereka memiliki jaringan.
Kedua, usia penggemar sasaeng relatif muda, berkisar 15-18
tahun. Bisa jadi, mereka masih duduk di bangku SMA atau kuliah, meskipun ada
juga sasaeng dari kelompok usia dewasa. Ini memang gila.
Dalam budaya Indonesia, sasaeng ini konotasinya pribadi yang
memiliki gangguan psikologis, khususnya kepribadian dan mental. Sebab, mereka
melakukan tindakan aneh-aneh, seperti mengirimkan surat dengan tinta darah
mereka, masuk ke apartemen idola dan mencuri baju-baju mereka. Atau, sasaeng
yang nekat 24 jam menguntiti idola mereka.
Namun, faktanya di Korea Selatan, satu grup idola bisa
mempunyai sasaeng 500-1.000 orang. Lalu, apakah itu berarti mereka semua
mengalami gangguan psikologis? Sepertinya, kita harus mempertimbangkan bahwa
ada beberapa tingkatan sasaengisme. Pertama, sasaeng yang kerjanya hanya
menguntit dan tidak menimbulkan bahaya secara fisik kepada idola mereka.
Misalnya, sasaeng yang mengikuti idolanya dari dalam taksi. Atau, sasaeng yang
hanya menunggui sang idola di asrama dan puas hanya dengan melihat wajah idola
mereka dari jarak jauh.
Kedua, sasaeng yang menimbulkan bahaya fisik dan mental bagi
idolanya, juga diri mereka sendiri. Misalnya, melukai dirinya dengan pisau dan
menuliskan surat dengan darah, menampar dan mencakar idola mereka, atau
menyentuh idolanya di bagian-bagian tubuh yang tak pantas.
Credit Full Artikel_REPUBLIKA.CO.ID [Oleh Mutia
Ramadhani. Redaktur : Fernan Rahadi] http://www.republika.co.id/berita/senggang/asia-pop/13/03/31/mkiav5-sasaeng-dalam-budaya-kpop-profil-sasaeng-1