Laman

Minggu, 31 Maret 2013

Sasaeng dalam Budaya K-pop: Profil Sasaeng (1)



Kali ini kita akan membahas bersama mengenai kontroversi keberadaan sasaeng dalam budaya K-pop. Sampai sekarang, belum ada referensi apapun untuk mendefenisikan sasaeng secara valid. Sebagian menyebut mereka penggemar gila yang menghalalkan semua cara untuk dekat dengan idolanya. Sebagian lain menyebut mereka anti fans yang berkedok fans. Satu yang pasti, keberadaan sasaeng di Korea Selatan terbilang unik dan menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya K-pop.

Baru-baru ini, salah satu kelompok sasaeng secara terang-terangan tampil disiaran 'Cultwo’s Veranda Show' Korea. Mereka mengungkapkan bagaimana gaya hidup sasaeng dan alasan-alasan mereka memutuskan bertahun-tahun menjadi sasaeng.

Dilansir dari Allkpop, Ahad (31/3), seorang mantan sasaeng mengaku menjadi sasaeng selama lima tahun, yaitu dua tahun saat duduk di bangku SMA dan tiga tahun pertama saat duduk di bangku perguruan tinggi.
"Dengan menjadi sasaeng, aku bisa bicara langsung dengan idolaku. Jika aku sedang berada di asrama atau dimanapun mereka berada, aku sengaja membiarkan mereka (sang idola) tahu keberadaanku. Itulah sebabnya aku setiap hari pergi ke sana. Juga, setiap kali ada pemberitaan yang membahas tentang kami (sasaeng), aku merasa puas," ujarnya.

Sasaeng lain yang menjalani perannya selama enam tahun terakhir mengaku rela menunggu 30 jam demi melihat idolanya tiga detik saja. "Kami biasanya menggunakan koran untuk alas tidur di depan asrama mereka. Awalnya aku melakukannya karena mengikuti anggota (sasaeng) lain. Namun, selanjutnya aku menjadi kecanduan," katanya.

Bagaimana jika sasaeng dibandingkan dengan stalker di sebagian besar negara dunia, atau paparazzi di Hollywood?

Pertama, lazimnya di dunia Barat, keberadaan stalker atau paparazzi biasanya tidak terorganisir. Sedangkan sasaeng, cenderung terorganisir dan membentuk jaringan. Meski ada yang melakukan aksi gilanya secara pribadi, namun sesungguhnya mereka memiliki jaringan. 

Kedua, usia penggemar sasaeng relatif muda, berkisar 15-18 tahun. Bisa jadi, mereka masih duduk di bangku SMA atau kuliah, meskipun ada juga sasaeng dari kelompok usia dewasa. Ini memang gila.

Dalam budaya Indonesia, sasaeng ini konotasinya pribadi yang memiliki gangguan psikologis, khususnya kepribadian dan mental. Sebab, mereka melakukan tindakan aneh-aneh, seperti mengirimkan surat dengan tinta darah mereka, masuk ke apartemen idola dan mencuri baju-baju mereka. Atau, sasaeng yang nekat 24 jam menguntiti idola mereka.

Namun, faktanya di Korea Selatan, satu grup idola bisa mempunyai sasaeng 500-1.000 orang. Lalu, apakah itu berarti mereka semua mengalami gangguan psikologis? Sepertinya, kita harus mempertimbangkan bahwa ada beberapa tingkatan sasaengisme. Pertama, sasaeng yang kerjanya hanya menguntit dan tidak menimbulkan bahaya secara fisik kepada idola mereka. Misalnya, sasaeng yang mengikuti idolanya dari dalam taksi. Atau, sasaeng yang hanya menunggui sang idola di asrama dan puas hanya dengan melihat wajah idola mereka dari jarak jauh.

Kedua, sasaeng yang menimbulkan bahaya fisik dan mental bagi idolanya, juga diri mereka sendiri. Misalnya, melukai dirinya dengan pisau dan menuliskan surat dengan darah, menampar dan mencakar idola mereka, atau menyentuh idolanya di bagian-bagian tubuh yang tak pantas.

Credit Full Artikel_REPUBLIKA.CO.ID [Oleh Mutia Ramadhani. Redaktur : Fernan Rahadi] http://www.republika.co.id/berita/senggang/asia-pop/13/03/31/mkiav5-sasaeng-dalam-budaya-kpop-profil-sasaeng-1