Indonesia ternyata memiliki sekolah yang membanggakan di luar negeri. Indonesian International School (IIS) di Yangon, Myanmar, merupakan salah satu sekolah favorit dan bergengsi di negeri berpenduduk 5,8 juta jiwa tersebut.
Dibandingkan dengan sekolah di Jakarta, secara fisik bangunan IIS Yangon tidak ada yang istimewa dan biasa-biasa saja. Namun, sekolah yang telah berdiri sejak Indonesia membuka hubungan diplomatik dengan Uni-Myanmar ini menjadi sekolah incaran para orang tua murid.
Setiap tahun ajaran baru, sekolah ini tidak pernah kekurangan murid. Bahkan, IIS harus memberlakukan seleksi yang ketat akibat banyaknya murid yang mendaftar. “Daya tampung kita sangat terbatas, padahal peminatnya cukup banyak. Kita pun memberlakukan seleksi ketat,” ungkap Kepala Sekolah IIS Yangon Yustinus Sudarmo. Saat ini IIS memiliki 420 orang siswa mulai dari tingkat TK hingga SMA. Dari jumlah itu, hanya 18 siswa yang merupakan warga negara Indonesia. Mayoritas mereka adalah anak-anak staf KBRI di Yangon. Sementara sisanya berasal dari anak-anak pejabat lokal di Myanmar, anak dubes (duta besar) negara asing, dan para pengusaha.
Selain menjadi favorit anak para pejabat, sekolah yang terletak di 100 Lower Kyimyindine Road Ahone Township, Yangon, ini juga terkenal memiliki lulusan yang berprestasi. Banyak lulusan IIS yang kemudian melanjutkan sekolah ke universitas terkenal di Singapura dan negara-negara lain. “Menurut para orang tuanya, mereka tidak memiliki kendala apa pun saat melanjutkan sekolah di luar Myanmar,” ujarnya.
IIS memang memberlakukan kurikulum internasional sejak 2004. Kurikulum itu dipadukan dengan kurikulum Indonesia. Meski mayoritas muridnya bukan warga Indonesia, IIS memberlakukan muatan wajib untuk bahasa Indonesia. Sehari dalam satu minggu, para siswa wajib berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia. “Bahasa Indonesia menjadi muatan wajib. Bayangkan saja kalau setiap tahun kita bisa meluluskan 20 orang siswa asal Myanmar yang bisa berbahasa Indonesia, dampak positifnya sangat luar biasa bagi kita,” terang Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) RI untuk Uni-Myanmar Sebastianus Sumarsono.
IIS juga menjadi duta seni bagi Indonesia. Selain bahasa Indonesia, para siswa juga dikenalkan budaya Indonesia. Mulai dari tari-tarian hingga musik tradisional. “IIS juga mengemban misi budaya. Untuk guru seni, kita mempunyai satu guru lulusan ISI Yogyakarta, Pak Lukman Fauzi,” ujar Sumarsono.
Selain di Yangon, Indonesia International School juga tersebar di Kuala Lumpur, Tokyo, Singapura, Damaskus, Bangkok, Royadh dan Kairo. Namun diakui, hanya IIS Yangonlah yang paling pesat perkembangannya baik dari segi peserta didik, lulusan, maupun segi pendidikan lainnya.
sumber : all about Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar